Dan karena sudah terbiasa dengan larangan itu, bahkan hingga ia sudah tak berlaku lagi aku tetap tak bisa melakukannya.
Lalu aku hanya berteman aku. Aku yang ingin aku tinggalkan. Aku yang ingin kulupakan sejenak.
Aku tempat dimana aku tak akan sanggup bersembunyi.
Kemudian keduanya berkelahi, saling menghunuskan pedang, melemparkan kata-kata kasar.
Satu mencoba berkuasa diatas lainnya. Tapi pertikaian ini tak akan berhenti sebelum wasit menghendakinya.
Mereka seperti dua ayam petarung yang diadukan dalam sebuah arena sabung.
Sementara yang lainnya sibuk betepuk tangan, menertawakan, atau melemparkan senyum.
Tak seorang pun akan bisa menghentikan, kecuali Ia, Sang Pemilik.
Jika Ia berkehendak, ia akan memerintahkan ajudannya membubarkan arena.
Atau menyembelih leher sang ayam.
Bila sudah begitu, siapakah mampu membantah?
Selasa, 22 September 2015
Aku, dua ayam petarung dan Sang Pemilik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar