Duduk disini, dibangku kereta ini, membawa aku kembali pada beberapa tahun silam.
Kau duduk di sampingku, aku merangkul tanganmu bahagia, sesekali mencuri waktu mendaratkan ciuman di pipimu.
Malam itu, kau berlari. Mengejar aku.
Aku tahu betul kau berjuang sekuat tenagamu untuk tak sekedar mengantarkan kepergianku tetapi menjadi teman perjalananku.
Aku menunggumu cemas, ragu dan takut. Takut kita tak sempat bertemu. Takut kecewa karena kau tak bisa menemaniku.
Tapi kamu, kamu luar biasa. Kamu berhasil melakukannya. Kamu hadir hanya 5 menit sebelum kereta berangkat.
Kamu berhasil mendapatkan tiket kereta yang sudah habis saat kutanyakan pada petugas loket satu jam sebelum kau datang.
Kau menemani aku, meski hanya satu hari. Meski tubuhmu lelah.
Seharian penuh kita mengelilingi jogja dengan bus transjogja yang melelahkan itu.
Kau memberi tempat duduk bagiku dan rela berdiri selama satu jam menanti datangnya bus.
Kita berjalan cukup jauh karena aku tak punya kendaraan saat itu.
Kau lelah, tapi kau tak ingin aku tahu, meskipun aku tahu betul raut wajah itu.
Lihat aku, aku yang terlalu manja. Aku yang lebih memilih mengalah pada lelah daripada mengantarkanmu ke stasiun.
Aku yang tak sanggup mengusahakan satu harimu di jogja menjadi berkesan dan menarik.
Aku tak bisa membawamu ketempat-tempat indah yang ada di jogja.
Aku tak bisa mengajakmu ketempat-tempat yang aku ingin kita datangi bersama.
Aku tak pernah berhasil benar-benar memperjuangkan sesuatu untukmu. Begitu juga dihadapan orang tuaku.
Lalu, semua itu membuatku membenarkan keputusanmu untuk berpisah dariku.
Maafkan aku.
13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar