Senin, 29 September 2014

about tattoo and bikini

tattoo dan bikini. buat sebagian orang mungkin hal ini biasa aja dan dapat dilakukan dengan mudah. tapi buat gue dengan lingkungan terdekat gue yang seperti ini rasanya dua hal ini cukup menantang dan bikin penasaran meskipun risikonya akan kena omel atau bakal jadi bahan omongan orang.

yap! tattoo dan bikini. well, gue jelasin kenapa gue pengen banget bikin dan make dua hal ini.

tattoo.


(source : pinterest)

sebenernya tattoo sendiri ga begitu asing sih di lingkungan keluarga gue karena om gue badannya full tattoo. jujur aja sebenernya gue geli sih liatnya, ga suka aja gitu kalo liat orang tattoo-an. lah terus kenapa pengen tattoo-an? iya emang gue ga suka kalo liat orang tattoo-an yang rame dan desainnya creepy gitu tapi sejak gue sadar kalo bokap gue punya tattoo nama berukuran kecil di punggung tangannya gue jadi terispirasi buat bikin typography tattoo yang simpel dan kecil aja. sebenernya gue cuma penasaran dan pengen ngerasain aja sih gimana rasanya ditattoo, sakit atau engga, kalo sakit kenapa banyak orang yang ketagihan bikin tattoo dan apa sensasinya punya tattoo. hahaha.. gue sempet cerita ini sih ke beberapa temen terdekat gue dan mereka langsung memberikan ekspresi muka "gila lo del!". engga ah engga gila kok, cuma anak muda aja hahaha..

(source : pinterest)

nemu foto ini di penterest dan kurang lebih tattoo begini lah yang gue inginkan. very simple and small, so it won't catch any attention. mom probably wouldn't mind, too. ehehe


bikini.


(source : google)

yang ini... sebenernya sih kalo ini lebih ke kepercayaan diri gue sendiri aja kali ya. soalnya gue rasa bikini udah ga terlalu setabu dulu, kalo lo pergi ke pantai apalagi pantai-pantai yang rame bulenya kaya bali atau lombok lo bakalan dengan mudah nemuin ga cuman bule tapi anak-anak muda Indonesia yang pake bikin. well, meskipun sebagian mata lainnya bakalan nyinyir gue yakin. gue pengan pake bikini lagi-lagi karena gue penasaran, penasaran gimana rasanya, gimana sensasinya, dan lebih pada ngetest kepercayaan diri gue. berani ga sih gue pake bikini dan dilihat banyak pasang mata? apalagi dengan kondisi badan gue yang ga proporsional dan perut gue yang buncit. tapi banyak kok bule yang, sorry to say, badannya mblewer pede aja pake bikini dan bahkan beberapa temen gue yang muslim pun pake (ga maksud rasis ya). gue termasuk orang yang menganut prinsip lo harus mencintai diri lo sendiri apa adanya no matter what. so gue pengen belajar lebih pede mencintai diri gue sendiri terutama kondisi fisik gue dengan memberanikan diri pake bikini, mencoba untuk ga ngurusin komentar orang pas ngeliat bentuk badan gue (yang ga sempurna, toh ga ada orang yang sempurna kan?). masuk akal ga? ga perlu harus jadi masuk akal untuk pake bikini kan? hahahahaha

Senin, 22 September 2014

Perihal mencari dan menemukan

Mencari telinga untuk mendengar
Mencari bahu untuk bersandar
Mencari lengan untuk berpelukan
Mencari tangan untuk digenggam

Pergilah dari tempat ini
Bukan di sini kamu akan menemukan
Sebab mereka tak ada
Carilah ke tempat dimana kamu meninggalkannya
Mereka disana, menanti ditemukan

Kembalilah sebelum mereka menjadi usang.......

Sabtu, 20 September 2014

Pacaran dan ga pacaran

Bedanya punya pacar dan ga punya pacar? banyak, tapi paling engga ini yang gue rasain: 

waktu lo punya pacar fokus lo lebih banyak ke pacar atau tentang hubungan kalian berdua aja, waktu sama temen dan keluarganya makin kurang. Dan ini bikin lo makin posesif sama hubungan lo. Why? karena lo minim denger cerita/pengalaman dari orang lain dan lebih semangat sharing cerita lo daripada mendengarkan.

Ketika lo ga punya pacar lo jadi lebih punya banyak waktu galau buat merenungkan apa sih yang sebenernya lo mau dari sebuah hubungan pacaran dan apa sih makna pacaran sebenernya. Waktu lo punya pacar mungkin lo ga sempat kepikiran sampe segitunya.

Waktu lo punya pacar lo emang punya penyemangat atau temen sharing untuk ngebantu ngeringanin beban lo, walopun kadang nambahin juga sih. Tapi saat lo ga punya pacar lo jadi lebih banyak belajar buat ngenalin diri sendiri dan coba kontrol diri lo sendiri. Kendali penuh. Soalnya pacar ternyata ngefek banyak banget loh!

Udah ah segitu aja.. :)

Sabtu, 06 September 2014

Logika sederhana.

Membaca kutipan ini pada sebuah jejaring sosial.

Q: bagaimana mengetahui seorang wanita benarbenar mencintai kita?
A: tuntun dan arahkan dia. Bila ia menurut maka jangan lepaskan.

Q: bagaimana mengetahuj seorang pria benarbenar mencintai kita?
A: Buat ia marah, jika ia sabar maka jangan lepaskan.

Kutipan ini kemudian mengajak aku menilik lagi apa yang telah kita lalui dan membawa aku pada sebuah kesimpulan: semua yang terjadi pada kita dapat diterima dengan logika pada akhirnya.

Keputusan yang kamu ambil memang benar. Aku bukan yang pantas dipertahankan.

Keputusanku keliru, seharusnya aku tahu melepaskanmu lagi akan membuatku kehilanganmu selamanya.

Maaf, kerena aku tak dapat berfikir secara bijaksana kala itu. Maaf, telah menjadi seorang pembangkang kala itu.
Terima kasih sekali lagi untuk pelajaran hidup yang luar biasa. Aku selalu dapat belajar banyak darimu.

13.
xoxo

Rabu, 03 September 2014

Zee, anugerah Tuhan.

masih ingat postingan saya beberapa bulan lalu mengenai wanita asing dan sebuah pelukan hangat
dan kini ia tak lagi sendiri, dan kini apa yang ia perjuangkan telah terbayarkan meski tak berarti perjuangan itu sudah berakhir atau malah akan lebih berat. 

Senin, 25 Agustus 2014 yang lalu bayi itu akhirnya lahir. saya terkejut begitu melihat postingan foto ini. perasaan berikutnya adalah bahagia luar biasa. sayang sekali saat ini aku sedang di bekasi, jadi ga bisa langsung jenguk.


hey, cantik. kamu bikin tante ga sabar pengen cepet balik ke jogja. tante pengen gendong kamu dan main sama kamu. doakan kerjaan tante disini cepet selesai ya sayang. segera kita ketemu. 


dan kamu bayi pertama yang bikin aku bangga dipanggil tante. haha. yap! aku seorang tante dan punya ponakan cantik dengan nama yang cantik pula. 

Semoga sehat terus, panjang umur, bertumbuh jadi sahabat Yesus yang baik ya, Zee. Sayang sama mama terus, semoga Zee bisa bahagiain mama terus. 

love you, Zee.
XOXO

Selasa, 02 September 2014

Percayalah



ooo... ooo...
yeah, this one's for you

kutersenyum-senyum sendiri
tanpa alasan yang pasti
baru kusadari kumemikirkan dirimu
sesungguhnya waktu yang kita habiskan bersama
adalah masa-masa hidup yang paling bahagia

kucoba melupakanmu
namun makin keras kucoba
makin kuingat indah kisah kita berdua
cerita cinta sejati takkan pernah berakhir
dan kuyakin aku lahir hanya untukmu

*
percayalah kata-kata ini takkan kuingkari
kita maju kita jatuh berdiri bersama lagi
itu janji dan apapun yang akan kita hadapi
jangan takut 'cause i got you and you got me

**
percayalah kata-kataku semua pasti kan berlalu
tak ada yang mustahil di dunia
pasti bisa                                    (2x)

abaikan yang telah terjadi  yang kau lakukan kemarin
kuselalu kan mencintai inilah cinta sejati
siapapun dan apapun yang akan datang kemari
tak akan bisa mengubah rasa yang tlah menetap di hati
kurela ulang kembali semua yang kita jalankan
lewati tawa dan air mata tanpa penyesalan
kuingin engkau selalu ada entah dimana kau brada
karena ku masih merindukanmu sepanjang masa

*
**

dulu kita pernah rasakan cinta yang sempurna
namun sekarang semua hampa dan hanya jadi cerita
biarpun bagaimana memori takkan lupa
kau yang selalu kunantikan
i still got you and you got me

karena hanya kamu yang bisa
bisa membuatku bahagia
saat gembira dan juga duka
kau dan aku bersama
'cause i got you and you got me

**
'cause i got you and you got me
'cause i got you and you got me

Jumat, 29 Agustus 2014

Dalam diam tak berkurang semili pun

Your Happiness is My Pleasure

Oke, silahkan sebut aku lebay. Meletupletup atau bahkan bipolar. Whatever.
Happy and blessed, that's all I can say. Puji Tuhan.
Rasanya mau gue peluk satu-satu temen-temen gue yang ternyata kece-kece dan suportif banget. Seandainya ada lebih banyak waktu yg bisa dihabiskan bersama mereka.
Makasih buat 9 jam yang menyenangkan. Dari banyolan kere sampe obrolan berat.
Makasih, hatiku yang cenderung udah stabil dan lebih bisa dikontrol jadi suasananya juga lebih enak. Engga meninggalkan kekecewaan, engga menimbulkan harapan tapi cukup senyum di bibir.
Aaaaaaakkkkkkk...thank youuuuuuuu~

Selamat buat kamu, aku bangga. 

XOXO
13.

Kamis, 28 Agustus 2014

Seputaran Depok

Capek. Seneng. Bangga.

Udah, itu aja. Perasaan hari ini cukup diwakilkan dengan tiga kata itu.

:)

Puji Tuhan
XOXO

Rabu, 27 Agustus 2014

Notifikasi

See, segala tentang kamu berdampak padaku. Bahkan sesepele notifikasi pun sanggup membuat aku melonjak.

Baru saja, notifikasi line muncul di layar handphone. Namamu tertulis rapih disana. Tak butuh waktu lama bagi jantungku untuk berdegub kencang.

Bagaimana ini bisa terjadi? Sampai kapan akan terus terjadi? Aku seolah menuntut jawab pada semesta. Mereka bilang tanyakan pada dirimu sendiri. Mereka bilang temukan jawab dalam doamu. Nyatanya, tak satupun mampu menjelaskan.

Aku terlalu takut untuk menaruh harap namun tak berdaya meninggalkannya. Bukan aku tak mencoba. Berbagai alasan tlah kucari untuk tak sekedar melupakanmu tapi bahkan membencimu. Tak kutemukan satu.

Tak sanggup aku menjamah sejentik pun rencana Tuhan.

Selamat malam, selamat menyambut hari besarmu.

Selasa, 26 Agustus 2014

Sebelah kakiku.

Malam tadi. Lagi, kita berjumpa dalam bunga tidurku.

Aku berdiri di tengah keramaian dan keceriaan wisudawan/wisudawati dengan seorang teman. Obrolan ringan kami berhenti sejenak saat kulihat kamu menaiki anak tangga menuju kami.

Kamu melemparkan senyum, dan pikiranku -hatiku- menerima mentah-mentah senyum itu mempercayainya teruntuk bagiku.

Tampan, gagah.

Kebanggaan(ku).

Kita hanyut dalam kata mengalir bak sungai di musim hujan membawa aku pada sebuah kehangatan. Nyaman, bebas, tanpa penghalang.

Sejenak kemudian aku sampai pada kebencian. Kebencian karena mimpi ini hadir lagi dan apapun itu, menyakitkan.

Dan aku tak sanggup menentukan dimana aku berdiri saat ini. Bisakah kamu memberitahuku?

Selasa, 19 Agustus 2014

Aku. Tuhan. Merindumu.

Dan saat aku tak lagi sanggup menghadapi ini semua sendiri.

Ketika hanya ada aku, Tuhan dan kepercayaanku.

Ketika aku membutuhkan raga untuk bersandar.

Mengharapkan kata yang menguatkan.
Aku pergi berlari mencarimu. Meski hanya lewat kenangan.

Membuatku semakin membenci diriku sendiri, mengharapkanmu hadir lagi.

Jumat, 15 Agustus 2014

"Everybody Knows"


It gets harder everyday, but I can't seem to shake the pain.
I'm trying to find the words to say, please stay. 
It's written all over my face. 
I can't function the same when you're not here.
Calling your name when no one's there. 
And I hope one day you'll see nobody has it easy.
I still can't believe you've found somebody new.
But I wish you the best, I guess.

Cause everybody knows, that nobody really knows.
How to make it work, or how to ease the hurt. 
We've heard it all before, that everybody knows just how to make it right.
I wish we gave it one more try.
One more try, 
one more try,
one more try,
'Cause everybody knows, nobody really knows. 

I don't care what people say, they brought it all in anyway. 
Baby don't fill up your head with he-said, she-said. 
It seems like you just don't know. (don't know)
The radio's on, you're tuning me out.
I'm trying to speak, you're turning me down.
And I know one day you'll see nobody has it easy.
I still can't believe you've found somebody new.
But I wish you the best, I guess.

Cause everybody knows, that nobody really knows.
How to make it work, or how to ease the hurt. 
We've heard it all before, that everybody knows just how to make it right.
I wish we gave it one more try.
One more try, 
one more try,
one more try,
'Cause everybody knows, nobody really knows. 

Oh I wish you would understand.
Just an ordinaryman.
I wish that we have known
That everybody knows, that nobody really knows.

And I know one day you'll see nobody has it easy.
I still can't believe you've found somebody new.
But I wish you the best, I guess.

Cause everybody knows, that nobody really knows.
How to make it work, or how to ease the hurt. 
We've heard it all before, that everybody knows just how to make it right.
I wish we gave it one more try.
One more try,
one more try,
one more try.
'Cause everybody knows that nobody really knows.

Minggu, 27 Juli 2014

Somebody That I Used To Know

[Gotye]
Now and then I think of when we were together
Like when you said you felt so happy you could die
Told myself that you were right for me
But felt so lonely in your company
But that was love and it's an ache I still remember

You can get addicted to a certain kind of sadness
Like resignation to the end, always the end
So when we found that we could not make sense
Well you said that we would still be friends
But I'll admit that I was glad it was over

But you didn't have to cut me off
Make out like it never happened and that we were nothing
And I don't even need your love
But you treat me like a stranger and that feels so rough
No you didn't have to stoop so low
Have your friends collect your records and then change your number
I guess that I don't need that though
Now you're just somebody that I used to know

Now you're just somebody that I used to know
Now you're just somebody that I used to know

[Kimbra]
Now and then I think of all the times you screwed me over
But had me believing it was always something that I'd done
But I don't wanna live that way
Reading into every word you say
You said that you could let it go
And I wouldn't catch you hung up on somebody that you used to know

[Gotye]
But you didn't have to cut me off
Make out like it never happened and that we were nothing
And I don't even need your love
But you treat me like a stranger and that feels so rough
And you didn't have to stoop so low
Have your friends collect your records and then change your number
I guess that I don't need that though
Now you're just somebody that I used to know

Somebody
(I used to know)
Somebody
(Now you're just somebody that I used to know)

(I used to know)
(That I used to know)
(I used to know)
Somebody

Minggu, 29 Juni 2014

Kedatanganmu

Kedatanganmu yang pertama, mengejutkan aku.

Kedatanganmu yang kedua, mengejutkan aku.

Kedatanganmu yang ketiga, mengejutkan aku.

Tiga kali sudah kamu hadir dalam mimpiku dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan.

Pertama, kamu hadir menempuh perjalanan jauh dan rumit untuk menemuiku. Kamu tak datang sendiri, kamu membawa sahabatku. Kamu menunjukkan semua bukti bahwa sekian tahun ini kamu tak pernah melepaskan pandangan dariku. Kamu memperhatikan aku diam-diam. Kamu mencari tahu tentangku dari sahabat-sahabatku tanpa aku tahu. Lalu kamu memintaku kembali. Aku terkejut, bahagia luar biasa namun terselip keraguan. Aku tak percaya itu benar-benar terjadi, aku tak percaya kau memintaku kembali. Lalu terbersit ini di kepalaku "jika benar ia memintaku kembali, aku akan meminta orangtuaku menikahkan aku dengannya". Hahahaha. Terdengar konyol, tapi itu benar.

Kedua, kau hadir di depan kelasku, menyapaku ramah bak sahabat karib. Senyum lebarmu terus mengembang, dukunganmu tak pernah berhenti mengalir. Dengan halus kau memintaku kembali ke dalam kelas.

Ketiga, kau hadir semalam. Kita berbincang bak sahabat. Kita bicara banyak hal. Mataku tak pernah sanggup berpaling dari wajahmu dan senyummu tak pernah sanggup memudar. Tak lagi ada suasana kaku atau canggung diantara kita. Ah, indahnya kedamaian itu.

Oh ya, beberapa waktu lalu melihat foto-foto wisudamu di dinding media sosial milikmu. Maafkan aku karena aku tak sanggup berhenti tersenyum bangga melihatnya. Aku bangga aku mengenalmu, aku bangga sebab kau orang yang kukenal. (Aku tak akan menggunakan kata 'pernah' sebab aku ingin bisa mengenalmu seumur hidupku entah sebagai apapun itu). Aku bangga sebab aku tahu kau akan melakukannya dengan luar biasa. Jika aku memiliki kesempatan untuk menyaksikannya mungkin aku akan menangis bahagia. Dan mimpiku yang dulu kini akan segera terwujud. Agustus nanti, kamu dan senyum bangga ibumu. Selamat.

Kamis, 26 Juni 2014

Lebih dari sekerdar terindah

Mantan Terindah - Raisa 

Mengapa engkau waktu itu
Putuskan cintaku
Dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
Dan memulai jalin cinta


Reff:

Mau dikatakan apa lagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu

Andai aku bisaIngin aku memelukmu lagi
Di hati ini hanya engkau mantan terindah
Yang selalu ku rindukan

Repeat reff

Engkau meminta padaku
Untuk mengatakan bila ku berubah
Jangan pernah kau ragukan
Engkau kan selalu di langkahku

Repeat reff

Engkau di sana, aku di sini
Mesti hatiku memilihmu

Yang tlah kau buat
Sungguhlah indah
Buat diriku susah lupa

Selasa, 24 Juni 2014

Selamat, sarjana!

Akhirnya. Senang sekali kamu sudah bisa berpredikat sarjana meski mungkin belom selesai sepenuhnya. Semangat untuk revisinya. Semangat untuk mencari kerjanya.
Mmmmm.....
Sampai jumpa agustus nanti di balairung UI (jika Tuhan mengijinkan).
Sukses terus untukmu, aku tunggu berita-berita bahagia selanjutnya.
Terima kasih telah membalas pesanku. :)

Johannes Marthin Sahala Pangaribuan, S.E.

XOXO

Senin, 23 Juni 2014

Hai, calon sarjana

Berita itu datang beberapa hari yang lalu.

Akhirnya.... apa yang kunanti-nanti, apa yang kuperkirakan terjadi, akan terwujud hari ini atau lebih tepatnya beberapa jam lagi mengingat sekarang sudah lewat tengah malam.

Aku tak bisa tidur. Seolah turut gugup. Tapi percayaku tak pernah surut. Aku tahu. Aku yakin. Aku percaya dengan sepenuh hatiku. Kamu akan sanggup melalui hari ini dengan baik.

Semoga sukses dan berjalan lancar untuk hari ini. Maaf, aku hanya sanggup menemani dalam doa. Semoga itu cukup untukmu.

Saat ini aku masih di Jogja, esok lusa baru kembali pulang. Bahkan jika aku di rumah pun aku tak yakin aku berani hadir di sana sekalipun aku ingin sekali. Rasanya aku sudah tak berani menampakkan wajah di hadapanmu lagi. Tapi doaku tak akan pernah berhenti mendaras untukmu.

Selamat malam, Tuhan memberkatimu.

Silly.

Rabu, 14 Mei 2014

Perjalanan

Duduk disini, dibangku kereta ini, membawa aku kembali pada beberapa tahun silam.
Kau duduk di sampingku, aku merangkul tanganmu bahagia, sesekali mencuri waktu mendaratkan ciuman di pipimu.
Malam itu, kau berlari. Mengejar aku.
Aku tahu betul kau berjuang sekuat tenagamu untuk tak sekedar mengantarkan kepergianku tetapi menjadi teman perjalananku.
Aku menunggumu cemas, ragu dan takut. Takut kita tak sempat bertemu. Takut kecewa karena kau tak bisa menemaniku.
Tapi kamu, kamu luar biasa. Kamu berhasil melakukannya. Kamu hadir hanya 5 menit sebelum kereta berangkat.
Kamu berhasil mendapatkan tiket kereta yang sudah habis saat kutanyakan pada petugas loket satu jam sebelum kau datang.
Kau menemani aku, meski hanya satu hari. Meski tubuhmu lelah.
Seharian penuh kita mengelilingi jogja dengan bus transjogja yang melelahkan itu.
Kau memberi tempat duduk bagiku dan rela berdiri selama satu jam menanti datangnya bus.
Kita berjalan cukup jauh karena aku tak punya kendaraan saat itu.
Kau lelah, tapi kau tak ingin aku tahu, meskipun aku tahu betul raut wajah itu.
Lihat aku, aku yang terlalu manja. Aku yang lebih memilih mengalah pada lelah daripada mengantarkanmu ke stasiun.
Aku yang tak sanggup mengusahakan satu harimu di jogja menjadi berkesan dan menarik.
Aku tak bisa membawamu ketempat-tempat indah yang ada di jogja.
Aku tak bisa mengajakmu ketempat-tempat yang aku ingin kita datangi bersama.
Aku tak pernah berhasil benar-benar memperjuangkan sesuatu untukmu. Begitu juga dihadapan orang tuaku.

Lalu, semua itu membuatku membenarkan keputusanmu untuk berpisah dariku.

Maafkan aku.

13.

Senin, 12 Mei 2014

Apa Kabar Sayang - Armada Band

Seharian aku tak tenangSeperti orang kebingunganPikiranku tak karuanKhawatirkan kamu di sana
Tak tahu apa geranganMungkinkah di sana kau rasa bahagiaAtau malah sebaliknya
Telah lama kita tidak bertemuTak pernah ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang
Seharian aku tak tenangKhawatirkan kamu di sana
Tak tahu apa geranganMungkinkah di sana kau rasa bahagiaAtau malah sebaliknya
Telah lama kita tidak bertemuTak pernah ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang
Aku kan terus mendoakanmuWalau tak ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang di sana
Mungkinkah di sana kau rasa bahagiaAtau malah sebaliknya
Telah lama kita tidak bertemuTak pernah ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang
Aku kan terus mendoakanmuWalau tak ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang di sana
Apa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang
Aku kan terus mendoakanmuWalau tak ku dengar berita tentangmuApa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang di sanaApa kabar kamu sayang di sana
---
Nah, kalo lagu ini, gue denger tadi pagi di acara yang superduperdasyat dan keroyokan itu. Ya, intinya sih kurang lebih lagu ini menggambarkan perasaan gue saat ini. Semoga baik selalu ya, semangat skripsinya, semangat pelayanannya. Semoga kabar baik itu akan sampai juga ditelinga gue mesti bukan dari orangnya langsung. Semoga juga gue bisa hadir nanti. Kira-kira lo mau dateng ga wisuda gue? ehehe.
13.

Setelah Kau Tiada - Cakra Khan

Tak sempat ku mengerti
Kau tunjukan arah saat ku tersesat
Beri cahaya saat ku sendiri dalam gelap
Namun waktu tak pernah rela menunggu
Hingga akhirnya kau pun pergi

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada

Baru ku teringat kau hembuskan angin
Saat ku bernafas siramkan air saat aku dalam kekeringan
Namun tak pernah aku hiraukan semuanya
Hingga kini pun kau tiada

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada

Biarkan ku hidup dalam penyesalan ini
Sampai nanti kau akan kembali

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada

Terlambat ku sadari kau teramat berarti
Terlambat tuk kembali dan tuk menanti
Kesempatan kedua yang tak kan mungkin pernah ada

Yang tak kan mungkin pernah ada

---

Lagu ini gue denger beberapa hari lalu dari radio. Waktu itu gue nyetir mobil sendirian dan terjebak macet. Buat gue semua biasa aja, (siapa sih yang ga terbiasa dengan jalanan Jakarta yang super macet?) sampe akhirnya sayup-sayup lagu ini terdengar dengan syahdunya. Oh, man! Kesalahan banget. Tapi ga lama kemudian gue ikut berdendang sih meskipun gue ga bisa nyanyi, sendirian ini ga ada yang bakal protes atau sakit kuping. Lalu situasi berubah jadi galau..

Jalanan ini adalah jalan yang biasa kita lalui. Kamu didepan berkendara, aku menumpang dibelakang, melingkarkan tangan dipinggangmu, menyandarkan tubuh di punggungmu, bergelayut manja.

Sekarang, aku hanya dapat melihat punggungmu dari jauh. Itupun hanya akan terjadi jika aku cukup beruntung dapat berada pada jarak yang berdekatan denganmu.

Kenangan tentangku telah pergi seiring bergantinya revo menjadi vixion. hehe :)

Selamat beraktivitas!

13.

Minggu, 04 Mei 2014

Sudut kota ini

Banyak yang hadir memberi perhatian
Tak sedikit mencoba mendapatkan perhatian
Namun saat ini, bukan itu yang kuinginkan.
Namun bukan perhatian mereka yang kuinginkan.
Mungkin juga bukan perhatianmu.

Hampir setiap sudut ruang kota ini mengingatkan aku padamu.
Sesuatu yang juga tak kuharapkan namun tak sanggup kutolak hadirnya.
Seolah aku rindu menatap wajahmu.
Seolah aku hanya ingin melihat senyummu.

Detik-detik singkat yang membawa desir
Desir rindu, desir nyeri.
Satu sisi aku membencinya, di sisi lain aku menikmatinya.
Sesuatu yang tak sanggup kupisahkan.
Perjalanan mengantar dan menjemput adik, gereja hkbp kodam, urbie, pizza hut, burger n grill, halte transjakarta senen, UI salemba, monas, jalan menuju rumahmu, rumahmu, rumahku, kamarku..
Bahkan di sini, di kolam renang ini.
Semua tempat-tempat yang pernah kita lalui. Tempat-tempat berkesan yg pernah kita kunjungi.
Semua mengingatkan aku padamu, Jo.

Lalu pertanyaan-pertanyaan ini muncul:
Sampai kapan semua ini akan berlangsung?
Kapan aku sanggup membuka hati untuk yang lain?
Apakah kamu merasakan apa yang kurasakan?
Apa yang harus kuperbuat?

Ah.. akan kah waktu sanggup menjawab?

Sabtu, 26 April 2014

Gumaman dalam hati seorang dalam ruang

Bawa aku pergi!

Bawa aku pergi!

Kemana pun aku bisa berlari.

Kemana pun aku bisa berteriak.

Meneriaki mereka yang tak mendengar.

Kemana pun aku bisa memaki.

Memaki diri sendiri.

Kemana pun aku bisa menangis.

Menangisi kebebasanku,
Yang baru saja kudapati.

Jumat, 18 April 2014

Kekuatan hati

Di saat-saat seperti ini, saat dimana tempat saya berdiri berubah menjadi api. Membakar amarah dan meninggalkan luka tak terlihat yang tak pernah dapat terobati. Saya mendamba berlari. Dengan sigap otak saya mencari, namun pencarian lokasi tak berhasil. Tak ada lagi tempat ideal untuk bersembunyi. Tak lagi ada tempat yang tepat untuk berbagi.

Satu tempat untuk mengadu, altar suci. Tempat untuk tak hanya bersembunyi atau berbagi tetapi untuk mendengarkan dan menghadapi. Lalu apa yang kucari? Apa yang kutakuti?

Kekuatan itu tersimpan dalam hati dan akan terus bertambah besar jika kita mau lebih banyak memberi.

Kamis, 17 April 2014

Malam mingguan bertiga :)

Malem minggu lalu (12/4) kita di rumah cuma bertiga (aku, ayah, ibu), adek sama om tante lagi di apotik. Tiba-tiba ayah nyletuk ngajak keluar. Aku sama ibu sih ayo-ayo aja, paling cuma keluar makan aja. Tapi ternyata dugaan kita salah! Well, kita emang makan sih tapi siapa yang nyangka kalo bakalan makan di menteng. Kelar makan kita bingung mau kemana trus akhirnya ibu ngajak ke taman suropati. I was shocked! Udah lama tau sih kalo taman ini banyak dijadiin tempat nongkrong dan latian anak-anak muda atau komunitas-komunitas, tapi malem itu rame banget! Sampe-sampe udah ga ada celah buat parkir bahkan beberapa mobil dihimpit sama motor-motor yang 'terpaksa' diselipin di sisi depan atau belakang mobil. Yang aneh adalah there was no electricity! Lampu taman, lampu lalu lintas, lampu jalan mati. Bisa dibilang gelap banget deh apalagi di bagian tengah taman. Nampaknya warga metropolitan butuh lebih banyak taman buat mewadahi kebutuhan dan kreativitas anak muda ya! Karena ga bisa parkir dan gelap jadilah kita pindah lagi, padahal pengen banget bergabung di tengah-tengah crowdnya dan cari tau apa aja sih yang sebenernya lagi mereka lakukan, ehehe.
Masalah parkir lagi-lagi bikin kita ga jadi berhenti di tujuan berikutnya. Guess what is it? It's Monumen Nasional. Hahaha... Pasti bingung kan nih anak ibu bapak mau ngapain sih? Jawabannya simpel, cuma mau nongkrong aja. Kongkow, nemenin (gangguin) bapak ibu pacaran lagi. Ahaha. Hiks, sendirian. Haha skip, jangan dibahas. Setelah muterin monas dua kali dan kita belom pengen pulang karena baru jam 9 kata bapak (baruuu, coba kalo aku pergi sendiri pasti bakalan berubah jadi udah dengan penekanan). Tiba-tiba keingetan keinginan yang sudah lama terpendam seperti gas di dalam yang menanti dikeluarkan yaitu ke TIM, yes, Taman Ismail Marzuki. Udah sejak dari jaman smp kali pengen banget kesini ga pernah kesampean. Yeeeeeeeiiiiy! Wuhuuu.... akhirnya.. akhirnyaaaa....
Pas sampe di parkiran ternyata ibu keram perut trus aku turun beliin minum. Setelah ngasihin minum ke ibu aku langsung ngeloyor pergi nyari sesuatu yang seruu. Haha, anak macam apa yang tau ibunya keram perut malah ditinggal pergi! Gue yakin kok ibu tangguh dan bisa mengatasinya apalagi ada bokap hahahalibi. Dan kengeloyoran (opo?) itu membawa gue pada spot yang eye catching banget buat gue. Yep, toko buku yang femes banget itu! Toko buku yang ada di film ada apa dengan cinta tempat rangga beli buku "Aku". Btw, stok buku itu masih tetep ada disana haha. Pas masuk langsung takjuuuuuub gitu. Berasa kayak lagi nemuin harta karun ahaha maafkan kenorakan ini. Bau bukunyaaaa..... hmmm... berasa enak banget di hidung. Suka! Ada disana bikin gue berasa kaya, sama kayak lagi di pasar. Yep, 3 tempat yg bisa bikin mood happy gue melonjak adalah toko buku, pasar dan alam. Pokoknya kalo di tempat itu bete, kesel, sedih bisa ilang dan gue akan berubah jadi orang gila yang sibuk senyum-senyum sendiri.
Di sana gue senyum-senyum sendiri trus akting sok nerd gitu. Sok nyari-nyari buku, nelusurin semua rak yang ada, ngebolak-balik buku yang sekiranya seru. Sejujurnya sih bukunya lawaaaas banget. Ada berbagai macem jenis buku tapi yang bisa menarik hati gue ga banyak. Sebagian besar buku kuliah, novel atau buku-buku sastra gitu. Corner yang paling bikin gue suka adalah setumpuk buku tentang seni, budaya, dan sumberdaya yang dimiliki Indonesia. Hwahhh. Rasanya mau bawa pulang buku-buku hard cover itu semua. Tapi akhirnya gue cuma bisa bawa pulang satu buku, itu juga dibayarin nyokap. Mwah ibuk!
Eh iya, di depan toko buku ini ada meja kursi yang yahhh udah cukup usang tapi masih bisa digunakan buat duduk-duduk sambil baca. Gue ga tau sih boleh baca gratis apa engga tapi pas kmrn gue kesana ada mba dan mas yg lagi asik baca buku disitu sambil minum minuman kaleng. Suasananya asik buat baca, pas ditemenin sama alunan lagu dari band yang manggung di depan XXI juga sih. Seru! Harus balik lagi buat sekedar nongkrong, nonton film, nonton teater atau mungkin main ke planetariumnya. Hehe.


bahagia banget ya muka gue.. 


tumpukan-tumbukan buku dengan bau khasnya... hmmm,,,,

buku yang berhasil gue bawa pulang

Sabtu, 12 April 2014

Conversation about you

Lucu, pembicaran tentang kamu justru banyak terjadi setelah kamu lama pergi.
Yap, maaf, orangtuaku sering membicarakan kamu akhir-akhir ini. Membahas sesuatu yang telah lama lalu. Mengungkit kembali kenangan dan luka. Rasanya lebih perih dari luka itu sendiri.
Seandainya pembicaraan ini ada, dahulu. Andai saja keterbukaan dan kepercayaan ini ada, kala itu. Kurasa kau takkan seluka ini. Kita tak kan seluka ini. Ah, atau mungkinkah akan lebih menyakitkan? Bagaimana menurutmu?
Apapun, rasanya takkan sanggup mengembalikan kamu, tak bisa menyatukan kita. Hanya anugerah dan kuasa Tuhan saja yang dapat melakukannya. Keyakinanku.
Apapun yang terjadi kelak, aku mensyukuri kehadiranmu. Terima kasih. Maaf tak dapat menunjukkannya dalam perbuatanku.

Silly to Weird.

Kamis, 10 April 2014

Cliche

Terkadang aku begitu yakin bahwa aku berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik
Aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan pasangan yang lebih baik seperti apa yang Yesus sabdakan

Namun kemudian aku begitu takut, aku takut mencinta lagi.
Aku merasa tak siap menyambut cinta baru sebab cinta yang lalu setelahmu tak pernah berhasil.
Dan aku terlalu lelah bermain.

Aku mendamba sesuatu yang serius, sungguh-sungguh dari hati berdasarkan pada Sabda Tuhan.
Klise, tapi itu benar. Aku ingin cinta baru yang kelak kan kusambut adalah cinta yang berasal dari Tuhan dan dipersembahkan untuk Tuhan.
Cinta yang dapat kupertahankan untuk selamanya dalam nama Tuhan.

Kamis, 03 April 2014

Kamu datang

Semalam kamu datang menemuiku
Kamu bilang semua ini bagian dari rencanamu
Kamu bilang kamu sengaja melakukan semua ini
Kamu bilang kamu berpura-pura
Berpura-pura tidak perduli, berpura-pura tak mau melihat dan mendengar aku
Kamu datang untuk menghentikan kepura-puraan itu
Kamu datang menjemput aku kembali
Kamu datang untuk mempersilahkan lagi aku untuk memasuki kehidupanmu

Gemetar hati dan jiwaku
Aku bahagia
Aku terharu
Aku tak percaya ini benar terjadi
Aku tak percaya kau melakukan semua ini
Aku tak percaya ini terjadi

Aku bahagia kembali melihat senyum diwajahmu
Aku bahagia dapat berbagi lagi denganmu
Ingin rasanya menjadi mempelaimu, berjanji setia dalam suka dan duka hingga maut memisahkan

Aku bahagia, hingga detik berikutnya aku bertanya: 'bermimpikah aku?'
Lalu keraguan datang menyeruak: 'mana mungkin mimpi dapat terasa senyata itu?'
Dan kudapati tubuhku terbaring diatas kasur.
Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuh
Kucoba menahan air mata yang hendak meluap.

Aku,
Bermimpi.

Selasa, 01 April 2014

Perasaaaaaaaaaaan.......

Lagi capek berurusan sama perasaan.
Gak berminat untuk deket maupun dideketin sama cowok dulu.
Belom berniat untuk mencari atau menemukan satu yang serius.

Udah capek dibilang main-mainin perasaan orang padahal ga sedang bermain-main dengan perasaan dan murni cuma pengen berteman untuk bermain. Paham kan maksudnya?

Aku cewe, lebih suka main sama cowo sejak kecil. Main sama cowo buat aku sesuatu yang sangat menyenangkan. Bagiku, aku lebih bebas berekspresi bersama mereka. Mereka lebih easy going, ga rewel dan lebih seru dijadiin patner in crime. Itu aja. Adakah yang salah dengan itu?

Toh aku punya temen cewe, meski ga banyak. Aku sangat pilih-pilih dan hati-hati menentukan temen cewe. Jarang yang sanggup menghadapi polah gue, dan jarang yang sepikir atau paling engga bisa dijadiin patner yang compatible. Adakah yang salah dengan itu?

well, basically temen cowo ga rempong ngurusin omongan dan polah lo. Mereka ga akan masukin hati hal-hal serius sampe sepele yang lo jadiin bahan becandaan. Bener ga sih pemikiran gue satu ini?

Udah bosen banget sama kalimat "Ga ada cewe dan cowo yang bener-bener cuma bertemen". Emang kenapa gitu? Ga boleh banget kalo cuma temenan aja? Ga bisa gitu ga melibatkan perasaan yang lebih dalam dari sekedar temen? Kenapa beberapa dari sekian banyak yang gue anggep cuma temen berakhir dengan memiliki perasaan yang lebih dari temen? Parahnya, gue bener-bener ga berniat menjadikan salah satu dari siapapun mereka sebagai pacar atau lets say pasangan.

Gue lagi ga pengen punya pacar atau lebih jelasnya lagi ga pengen berurusan dengan perasaan dehhh... belom siap, ntar aja sekalian buat yang serius sekalian.

The point is my life completely a mess since there is no longer "us".

Senin, 31 Maret 2014

Dini hari

Ngilu di dada itu datang lagi.

Ngilu yang kurasa saat merindumu.

Kembali hadir setelah sekian lama kuhindari.

Sekali lagi kuucapkan maaf padamu.

Maaf, selalu mengganggumu.

Jakarta

Malam dimana kau tak bisa memejamkan mata dikala seluruh penghuni rumah sedang menikmati mimpinya.

Sudah dua hari menjadi penunggu tetap tempat tidur, ulah obat-obatan rupanya. Gejala tipes, begitu kata dokter.

Gara-gara obat saya tertidur sesiangan, terpaksa membatalkan janji, tertinggal banyak momen dan yang terburuk adalah masih terjaga hingga 2.28. Tak ada sedikit pun tanda-tanda akan tenggelam dialam mimpi manakala itu yang paling dinanti.

Mulai meragu pada daya tahan tubuh (mata) untuk menepati janji siang nanti. Ah, menjadi sakit tidaklah menyenangkan dan menjaga kesehatan ternyata bukan perkara mudah.

Lalu, begadang malam ini membawa saya pada rindu menggendong ransel bersama sahabat. Kembali menghitung hari dan pundi untuk bisa menjelajah, berpetualang entah kemana saja.

Sayangnya, saat ini saya berada di rumah yang notabene menjadi bagian dari hirukpikuk kota metropolitan. Yang nyaris tak memiliki tempat untuk bersembunyi atau melarikan diri. Pertemuan dengan sahabat hanya dibatasi pada tembok-tembok tinggi dan jalanan yang tak pernah absen macet. Itu kenapa rasanya saya tidak pernah cinta Jakarta dan seluruh unsur kekotaannya.

Di Jogja, saya bisa dengan mudah melarika diri. Cukup kurang lebih 45 menit bertemu hutan, bukit, sawah, bahkan puncak gunung. 3 jam untuk bertemu pantai yang bersih. Beberapa menit untuk pameran, seni dan konser.
Jakarta, jelas bukan sesuatu yang saya damba. Jika saya punya pilihan dan jika Tuhan mengizinkan saya memilih, saya ingin bekerja dan tinggal bukan di kota ini. Kota ini bukan kota yang saya inginkan untuk kelak anak-anak saya tumbuh. Kota ini bukan kota yang saya inginkan untuk orangtua saya kelak menikmati hari tuanya.

Meski jelas, kota ini yang mempertemukan kita dan menjadi tempat bersejarah berawal dan berakhirnya cinta kita.

Minggu, 23 Maret 2014

Eheh

Oh, yes here is my journey begins.
Dear you, I know for sure you do it better than me. Success for you and your mini thesis.
xoxo,
13

Sabtu, 22 Maret 2014

Bunga

Hari ini main ke kontrakan temen dan di depan kontrakannya ada halaman yang rumputnya lama ga dicabutin. Ngelihat ada bunga-bunga kecil lucu dan jadilah iseng merangkai bunga. Hehe.
Berhasil menciptakan sesuatu yang indah dari sesuatu yang tidak indah itu menyenangkan sekali. Suatu kebahagiaan dapat menambahkan nilai pada sesuatu yang awalnya dianggap tak bernilai. Perasaan ini membuat saya kecanduan, memicu semangat untuk terus dapat membuat sesuatu yang dapat dicintai.
Semoga semangat ini terus bertumbuh dan menuntun saya pada hari-hari yang bahagia, begitu pula dengan kamu.

Sabtu, 15 Maret 2014

15032014

Tadi malam, kau hadir dalam mimpiku.

Kita bertemu dalam sebuah rumah. Kau bersama seorang wanita.

Anehnya, aku tak terkejut melihatnya. Bahkan ketika aku tahu ia kekasihmu.

Aku terkejut saat ia berpamitan hendak beribadah dengan menenteng mukenah di tangannya.

Detik berikutnya, aku memandangi wajahmu. Berusaha menemukan sebuah jawaban dari sana.

Aku tak berhasil.

Ah, aku pun pernah jatuh pada lubang itu dan kau tau.

Tapi ini kamu, teladan imanku. Aku tak sanggup percaya.

Apapun makna dibalik mimpi itu, kembali kulipat tanganku seraya berbisik...

'Tuhan, bimbing ia dimana pun ia berada. Lingkupilah ia dengan kasih-Mu. Turunkan Roh Kudus di atasnya agar dapat menerangi jalannya menuju Kerajaan-Mu.'

Salamku.

Selasa, 11 Maret 2014

Kita.

Pada akhirnya, saya mengerti kenapa kamu tak lagi ingin menemui, atau bahkan berhubungan denganku.

Segalanya tentang kamu selalu meninggalkan desir yang lembut namun kuat, mampu mengoyak hati meski hanya sejenak.

Saat ini, saat dimana aku ingin benar-benar berhenti mencarimu, kau kerap muncul. Disela-sela pesan atau komentar. Meniupkan lagi rasa ingin tahu, melongok lagi gambarmu dan lalu... deg, jantungku berhenti sejenak.

Wajah itu, senyum itu... aku merindu.
Selalu, seperti itu.

Lagi, bertanya: apa yang kelak kan terjadi pada kita? Kita.

Mungkinkah cerita kita kan sama seperti cerita dalam novel yang baru saja selesai kubaca?

Ah, sudahlah. Bukankah sudah tak lagi ada kita?

Ya, itulah mengapa aku merindukan kita.

Kita.
Berdua.
Bukan aku, bukan kamu.

Kita.

Abang Ijo.

Untuk semua rasa yang pernah ada, aku masih ingin menganggapmu sebagai teman, sahabat, sebagau seorang  abang.

Jika kelak kau membutuhkan aku, jangan pernah sungkan untuk menghubungiku. Aku pasti akan disana, untukmu.

Janji ini tidak kubuat untukmu, tapi untuk diriku sendiri. Izinkan aku menepatinya, suatu hari nanti.

13.

Senin, 10 Maret 2014

Tertatih berlatih.

Aku berlatih...

Menerima kepergianmu.

Aku berlatih...

Memahami arti sebuah hubungan.

Aku berlatih...

Memaknai kehidupan.
Tanpamu.

Tertatih.

Sabtu, 01 Maret 2014

Berdiri di samping-Nya

Sejak kedatanganku di Jogja lagi beberapa hari lalu, aku melakukan hampir semuanya sendiri. Maksudku, tentu saja aku berinteraksi dengan orang-orang di sekitarku tapi seperti apa yang kuniatkan sejak beberapa minggu yang lalu, aku mencoba tidak bergantung pada orang lain terutama pada teman. Aku memang memilih untuk lebih menyendiri dibanding biasanya. Aku, sebenarnya tipikal orang yang tidak suka sendiri, tidak suka sepi dan cenderung bergantung pada orang lain. Sangat mengejutkan bagiku bahwa nyatanya aku berhasil melakukan itu. Aku menikmati semua momen-momen kesendirianku. Aku bahkan tidak merasa sedih maupun kesepian. Semua berjalan begitu saja, seperti tak ada yang berbeda. Nyaman sekali rasanya ketika saya bisa punya banyak waktu bagi diri saya sendiri untuk lebih banyak berpikir dan merenung, merencakan apa yang ingin, harus dan akan saya lakukan hari ini maupun beberapa saat kedepan. Senang bisa menuntaskan kewajiban-kewajibanku sendiri tanpa intervensi orang lain. Belajar lebih mandiri dan bertanggung jawab pada diri sendiri. Dan lebih dari itu semua, aku menikmati hari-hari tanpa galau. Saya, berhasil membebaskan pikiran saya dari pemikiran tentang lawan jenis. Ya, aku sedang tidak tertarik dengan itu semua. Bahkan aku berhasil menghindarinya (atau mereka). Aku terbebas dari semua pikiran dan perasaan rumit itu. Bahkan, aku berhasil memaafkan diriku sendiri dan membiarkan dia pergi. Tak lagi ingin mengusiknya, tak lagi menginginkan apa-apa darinya selain ingin melihatnya bahagia dengan apapun keputusan yang diambilnya. Meski aku masih terus menyebut namanya dalam doaku, aku bisa melantunkan doa-doa yang lebih indah. Doa yang tak lagi bergairah melainkan berpasrah.

Untuk semua ini, aku sangat bersyukur.
Puji Tuhan.

Jumat, 28 Februari 2014

Surat kecil untuk

Weird,

Baik, disini sajalah kuletakkan semua harapan itu. Biar kutinggalkan saja, aku mencoba melangkah pergi.
Cukup sudah semua kenangan dan khayalan itu, tak kan lagi ada wajahmu, tak kan lagi ada tentangmu. Semua yang hadir membicarakan dan mengenangmu hanyalah tawa, hilang sudah getir.
Kupersiapkan diriku, jiwa dan ragaku, membangun kekuatan menghalau setiap kesedihan dan penyesalan yang hinggap.
Maaf, tapi aku harus mengusirmu pergi apapun tujuan kedatanganmu. Lagi, aku mencoba pergi. Semoga kali ini menjadi yang terakhir kali. Sebab mungkin aku takkan pernah kembali. Mencoba menerka apa yang alam ingin untuk aku lakukan.
Mencoba merapal mantra 'Tolong bantu aku melupakannya, Tuhan'.
Semua usaha yang kulakukan, semua rasa yang kupertaruhkan, berbuah negatif. Meninggalkan semakin banyak perih dan berangsur menjadi amarah. Cukup sudah, aku takkan lagi banyak berusaha, aku takkan lagi berkeringat hanya untuk menangis.
Cukup sudah, mengganggu hidupmu -jika memang begitu rasamu.
Kamu berhak bahagia dengan pilihan hidupmu, begitu pula aku.

Satu,
yang pasti
selalu ada untukmu...
Doaku.

Aku mohon, jangan biarkan aku berhenti meyebut namamu dalam setiap doaku.
Izinkan aku, menemanimu meski hanya dalam doa. Karna hanya itulah yang dapat kulakukan.

Berbahagialah. Temukan cintamu. Raih mimpimu. Sambut masa depanmu.

Dari sahabatmu,

Silly.

Selasa, 04 Februari 2014

Rumahku

Hari ini, aku membuka file-file lamaku. Menemukan banyak harta karun yang membuat jantungku berdegup kencang. Sesuatu yang berharga yang pernah kumiliki, yang saat ini entah dimana. Dia mungkin saja hilang, atau dia mungkin saya tersimpan.

Masih sama seperti dulu, aku tak pernah sanggup mengendalikan aliran darahku setiap menemukan sesuatu yang mengingatkan aku padamu. Mereka seperti berontak, mencoba melawan arus, mencoba menemukan kamu dalam setiap nadi-nadi yang dilaluinya.

Ah, sudah enam tahun lebih kita saling mengenal. Tahun ini, adalah tahun ke-enam yang bisa dirayakan, seandainya aku tak melakukan hal-hal bodoh itu.
Aku tahu, kau kini mungkin menertawaiku. Lucu memang, aku yang pergi namun kemudian aku merindu, merengek untuk kembali pulang, mencoba menemukan rumahku seperti dulu. Ya, rumahku, kamu adalah rumah hatiku yang paling nyaman. Perantauanku sekian tahun ini menyadarkan aku bahwa (mungkin) tak kan ada rumah lain yang mampu menggantikan rumahmu.
Kenangan akan betapah indah, nyaman dan bahagianya aku berada di dalam rumah itu tak pernah luntur dan selalu meninggalkan penyesalan. Mungkin aku akan selalu tinggal dalam penyesalan itu.
Tak perduli seberapa kerasnya aku mencoba membangun rumahku (sendiri), rasanya tak kan pernah sama ketika aku tinggal dalam rumahmu. Tak perduli seberapa keras aku mencoba melupakanmu, aku selalu bertanya “Mungkinkah suatu hari nanti aku dapat kembali?”.

Katakan padaku, lancangkah aku?

Atau, sejak saat itu, aku benar-benar tak diizinkan kembali? Apakah aku terlalu berdebu untuk menginjakkan kakiku di dalamnya?

Ah, tentu saja, bagaimana tidak. Aku sudah berpergian kebanyak tempat, tentu saja badanku penuh dengan kuman dan kotoran. Beraninya aku.


Maka, izinkan aku mengaggumimu. Sepanjang umur hidupku. 

Sabtu, 01 Februari 2014

tentang

Pantas. Apa yang terbersit dalam pikiranmu ketika aku menyebutkan kata itu?

Relationship. (Aku tidak menemukan kata dalam Bahasa Indonesia yang menurutku tepat. Relationship yang kumaksud adalah hubungan spesial antara dua orang manusia berbeda jenis kelamin, hanya untuk memperjelas.) Apa yang kamu ingin dapatkan dalam relationship? Sejauh mana kamu memaknai dan menghargai relationship?

Ketika kamu jatuh cinta pada seseorang dan merasa bahwa dia adalah seseorang yang pantas kamu perjuangkan, pernahkah kamu bertanya apakah dia juga merasakan hal yang sama untukmu? Terkadang kamu merasa pantas untuk memperjuangkan seseorang yang merasa tak pantas kamu perjuangkan. Terkadang seseorang merasa pantas untuk memperjuangkanmu ketika kamu merasa dirimu tak cukup pantas untuk diperjuangkan.

Lalu bagaimana sebuah relationship berjalan ketika seorang berjuang sekuat tenaga sedang yang lain tidak? Lalu pantaskah sebuah relationship disebut relationship jika keduanya tak sama-sama merasa pantas untuk diperjuangkan? Kapan kamu dapat menyadari bahwa kamu dan pasanganmu sama-sama layak diperjuangkan? Bagaimana kamu akan memperjuangkan sebuah relationship ketika kamu merasa tak pantas diperjuangkan?

Bukankah menyakitkan ketika seseorang yang kamu rasa pantas untuk diperjuangkan merasa tak pantas untuk kamu perjuangkan?

Bukankah juga menyakitkan untuk mengetahui seseorang merasa kamu pantas diperjuangkan tapi kamu tahu bahwa sebenarnya kamu tak layak diperjuangkan?

Hei, Mr. F13. Pantaskah aku berkata “Kamulah satu-satunya yang ingin aku perjuangkan. Jika aku dapat mengulang waktu, aku ingin memperjuangkanmu lebih keras dari apa yang pernah kulakukan dulu. Aku ingin memperjuangkanmu sama seperti kamu memperjuangkanku. Kamu pantas mendapatkan perjuangan itu.” padamu?
Hei, Mr. Anonim. Pantaskah aku berkata “Terima kasih untuk usaha dan perjuanganmu yang begitu keras, hanya saja aku tak merasa pantas mendapatkan itu semua karena aku tak bisa memperjuangkanmu sekeras itu.”




Jumat, 24 Januari 2014

Pesan yang dinanti

Kemarin malam, 23 Januari 2014, kira-kira pukul setengah delapan, aku mendapat pesan dari sebuah nomor tak dikenal. Dalam pesan itu, Ia memperkenalkan dirinya dan menyampaikan ucapan terima kasih untuk dukunganku beberapa malam lalu. Sekali lagi, aku terkejut dan sejenak kemudian bersyukur. Tuhan mendengar doa saya, apa yang saya nanti-nanti dua hari ini akhirnya terwujud. Senang mendengar kabar bahwa dia dan pasangannya sama-sama sedang memperjuangkan anak dalam kandungannya, mereka memutuskan untuk menikah dan membesarkan anak tersebut. Tetapi niat itu masih terhalang oleh izin dari Sang Ibu. Dia memintaku untuk membantunya dalam doa. Tentu saja, bagaimana tidak, batinku. Aku selalu ingin mendoakan yang terbaik bagimu, bagi anakmu, bagi keluargamu. Jangan pernah putus asa, jangan pernah berhenti berjuang. Semoga Tuhan senantiasa melimpahimu dengan Kasih-Nya. Aku berdoa agar aku tetap bisa berhubungan denganmu terus, aku ingin menjadi teman untukmu. 

Rabu, 22 Januari 2014

Wanita Asing dan Sebuah Pelukan Hangat

Kemarin, Selasa, 21 Januari 2014, jadi hari yang luar biasa buat aku. Awalnya aku mengira bahwa pengalaman luar biasa itu akan aku peroleh dari perjalananku mengantarkan Flavio Nunes, seorang pengajar dan peneliti dari University of Minho, Portugal, untuk berkeliling Kampong Cyber di daerah Taman Sari Water Castle. Ternyata aku salah, maksudku, pengalamanku bersama Flavio hari ini sangat menyenangkan, sejak aku sangat ingin bertemu dan berbagi cerita dengannya, tapi Tuhan memberikan aku kesempatan yang jauh lebih luar biasa dari itu. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehku akan jadi bagian dari cerita hidupku.

Sore ini, setelah mengantarkan Flavio kembali ke hotel aku memutuskan untuk pergi ke gereja untuk Misa Harian sekaligus melihat adik-adik angkatan yang sedang jaga parkir untuk usaha dana KKN mereka. Sesampainya disana, yang kutemui hanya Surya menjaga parkir seorang diri. Dia bilang teman-temannya banyak yang sudah pulang ke kampung masing-masing. Aku yang kasihan dengan Surya memutuskan untuk segera membantu begitu Misa selesai. Ketika aku sedang sibuk menghitung uang parkir yang didapatkan tiba-tiba seorang pria setengah baya menghampiriku, katanya “Mba, bisa minta tolong, di ujung sana ada seorang wanita yang sedang menangis seorang diri. Saya mau membantu tapi ga enak, karena saya laki-laki, nanti dikiranya malah macem-macem. Tolong dibantu mbak, kali aja kalo sama-sama perempuan lebih bisa ngobrol”. Awalnya kaget dan bingung sih, tetapi karena niat bapak ini baik aku memutuskan untuk mengiyakan dan menghampiri perempuan yang dimaksud oleh bapak itu. Sesampainya aku dihadapan perempuan itu, bapak tadi dan beberapa orang temannya yang ikut mengantar berpamitan dan meninggalkan kami berdua. Perempuan itu hanya diam dengan mata berkaca-kaca dan tatapan kosong. Ragu-ragu saya menyapanya “Mba, mba kenapa? Ada apa?”. Dia hanya diam. Lalu saya mengajaknya mencari tempat duduk yang nyaman sambil mengusap-usap punggungnya lalu menggandeng tangannya.

Kami duduk di kursi yang terletak di bagian samping luar gereja, terhalang tembok dengan kerumunan orang di depan pintu gerbang dan dengan pencahayaan yang terbatas. Aku yang masih bingung harus berbuat apa memutuskan untuk kembali mengusap-usap punggungnya, mencoba memberi ketenangan. Sejenak kemudian tangisannya semakin menjadi. Ia hampir tak mengeluarkan suara bahkan tubuhnya terbilang tenang tetapi air matanya terus mengalir. Lalu aku mencoba mengajaknya bicara “Mau dipeluk? Biar lebih enakkan mungkin.” Ia tak bergeming tetapi aku tetap memutuskan untuk memeluknya, melingkarkan kedua tanganku dibahunya, mendekatkan wajahku kebagian belakang kepalanya. Entah kenapa, pelukan pertama dengan perempuan yang tak kukenal itu terasa hangat bagiku, begitu pula dengan pelukan-pelukan selanjutnya. Beberapa detik kemudian, seraya melepaskan pelukanku darinya aku berkata pelan “Kalau ada yang ingin diceritakan mungkin aku bisa mendengarkan”. Dia diam sambil terus meneteskan air mata. Tiba-tiba ia berucap “Saya cuma kasihan sama bayinya”. Sontak saya kaget dan tidak bisa menyembunyikan kekagetan tersebut. Saya terus mengusap punggung dan tanggannya sembari sesekali memberi pelukan ketiaka ia memutuskan untuk bercerita. Hanya beberapa kalimat pendek yang cukup menjelaskan mengapa ia bisa berada disana dengan keadaan seperti itu.

Jujur saja aku kehabisan kata-kata, aku tak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa mencoba menenangkan dan menghibur. Satu yang pasti, saat itu juga aku merasa bersyukur aku bertemu dengannya. Aku tak bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini, tetapi paling tidak aku bisa mengerti sedikit kegelisahan batinnya, apa yang menjadi kekhawatirannya. Puji Tuhan, ketika ia merasa tak lagi ada orang yang bisa diandalkan untuk berbagi, tak lagi ada orang yang mendukungnya, ia datang pada Tuhan. “Saya ga tau lagi harus kemana, saya cuma bisa dateng ke Tuhan”  tuturnya. Ya, satu-satunya yang dapat diandalkan di dunia ini hanya Tuhan, Ia selalu ada di sana, menemanimu dalam apapun keadaanmu. Pilihannya untuk datang pada Tuhan di Gereja sore ini menurutku adalah keputusan yang paling tepat. Aku bersyukur ia ada dihadapanku saat itu, ketimbang berada di tempat lain dengan keputusan yang salah.

Aku tahu ini perkara yang tak mudah. Semua orang yang terlibat di dalamnya pasti akan merasa terguncang. Tak seorangpun dari orangtuanya, orangtua pasangannya, pasangannya, bahkan ia sendiri, mengira ini semua akan terjadi. Maksudku, aku tahu ini adalah konsekuensi dari apa yang telah ia perbuat dengan pasangannya di masa lampau. Apapun alasan dibaliknya. Menjadi sangat wajar ketika orangtua merasa kaget, marah dan kecewa menerima kabar ini, sesuatu yang tak pernah mereka harapkan akan terjadi. Namun, ini yang ada dalam pikiranku : terkadang, kita hanya perlu bersabar untuk bisa menerima kenyataan yang kita hadapi terutama untuk hal-hal yang tak diinginkan seperti ini. Ketika peristiwa ini terjadi pasti akan ada tentangan dari lingkungan, akan datang banyak cercaan dan cemooh tetapi ketika waktu berlalu mereka akan bisa menerima bahwa ini adalah sesuatu yang sudah terjadi dan tak dapat dihapuskan begitu saja atau bahkan diulangi. Hal yang perlu dilakukaan saat ini adalah mencoba mengerti alasan dibalik peristiwa ini, mengampuni diri sendiri dan mengupayakan solusi yang terbaik.

Berbekal dari pengetahuanku, aku memberi saran kepadanya untuk tetap menjaga kandungannya karena dalam ajaran Agama Katolik memang dilarang menggugurkan janin karena sejak pembuahannya yang pertama kali, janin tersebut sudah dianggap sebagai makhluk hidup. Sekali lagi, aku tahu ini bukan keputusan yang mudah tapi aku punya kepercayaan bahwa ini semua dapat diatasi, bahwa akan ada kekuatan yang datang dari Tuhan yang akan menuntun kita melewati masa-masa sulit itu. Toh, menggugurkan kandungan tak lalu menyelasaikan masalah, bahkan mungkin menimbulkan masalah baru seperti gangguan psikis atau perasaan bersalah. Menurutku, menggurkan kandungan hanya bisa menyelamatkan wajah seseorang/keluarga dari semua cemooh dan cercaan yang mungkin datang dari lingkungan sekitar tetapi menjaga dan merawat janin itu hingga dewasa adalah perbuatan kasih. Seberat apapun perjuangan yang harus dilakukan, anda telah melakukan kasih sebagaimana Tuhan sendiri ajarkan.

Aku tak banyak bertanya karena menurutku hal ini sangat personal dan aku tidak ingin mengetahui apa yang tak ingin ia bagikan padaku. Bahkan hingga kami berpisah aku tak pernah tahu siapa namanya, dimana ia tinggal, darimana ia berasal. Aku hanya menanggapi ceritanya, semampuku. Sebijaksana mungkin yang aku bisa. Semoga saja apa yang kusampaikan padanya seturut dengan kehendak Tuhan dan dapat mengantarkannya pada keputusan yang tepat. Semoga ia selalu dilingkupi oleh kasih Tuhan dan selalu diberi kekuatan untuk melalui semua ini. Semoga Tuhan mempertemukanku lagi dengannya, entah esok atau lain waktu. Sesungguhnya, aku ingin suatu hari nanti aku bisa melihatnya bersama dengan anak yang saat ini dalam kandungannya.

Aku sendiri bersyukur aku telah terselamatkan dan menikmati kasih-Nya hingga detik ini.